Kinerja Pesawat Terbang
(Aircraft
Performance)
Kinerja Pesawat
terbang tergantung pada hubungan antara gaya-gaya yang bekerja pada pesawat
itu. Gaya-gaya dasar yang bekerja pada pesawat terbang adalah Lift ( gaya
angkat), Weight ( gaya berat ), Thrust ( gaya dorong ) dan Drag ( gaya hambat
). Jika gaya-gaya tersebut dalam keadaan setimbang, maka pesawat akan tetap
terjaga pada kecepatan yang tetap dan pada ketinggian yang tetap pula. Jika ada
gaya luar yang bekerja pada perubahan pesawat, maka kinerja pesawat terbang
juga akan mengalami perubahan.
Penerbangan Lurus dan Rata ( Straight and Level Flight )
Straight and Level |
Bila
suatu pesawat terbang berada pada keadaan steady
level flight, yaitu terbang dengan ketinggian dan kecepatan tetap (tidak
mengalami percepatan), maka pesawat tersebut harus berada pada posisi setimbang
(equilibrium). Artinya lift yang dihasilkan harus sama dengan berat yang
dihasilkan oleh pesawat terbang, dan thrust harus sama dengan drag. Thrust yang
sama dengan drag terjadi jika thrust available (thrust yang dihasilkan oleh
engine) sama dengan thrust required (thrust yang dibutuhkan untuk melawan
drag). Jika kondisi-kondisi ini saling bertemu, maka pesawat akan terbang pada
ketinggian dan kecepatan yang tetap.
Kinerja Saat Terbang Mendaki (Climb Performance)
climb performance |
Pesawat
tebang modern dipergunakan sebagian besar sebagai pesawat transportasi,
observasi dan penghubung suatu tempat ke tempat yang lain. Jadi tidak seperti
pesawat tempur yang melakukan maneuver saat climbing. Yang akan dibahas disini
adalah terbang mendaki dengan kecepatan tetap (steady velocity climb). Pada steady velocity climb, pesawat berada
pada kondisi setimbang dimana semua gaya yang bekerja pada garis arah terbang (
flight path ) dalam keadaan seimbang. Gaya-gaya yan bekerja disepanjang flight
path adalah thrust yang bekerja kedepan, dan drag serta W sin y, yang bekerja ke belakang. Untuk mendapatkan steady
velocity climb, semua gaya tersebut harus diseimbangkan.
Hubungan Antara Rate of Climb dan Power
Rate
of climb adalah kecepatan mendaki, yang merupakan komponen flight velocity
(True Airspeed). Thrust Horsepower dari pesawat yang menghasilkan power
(power-producing aircraft) adalah sama dengan efisiensi dari propeller dikalikan
dengan shaft horsepower (SHP). Oleh karena itu Thrust Horsepower (THP) adalah
power available yang bervariasi terhadap perubahan velocity.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pada saat climbing, thrust yang diperlukan
adalah lebih besar daripada drag dan akan makin besar dengan bertambahnya angle
of climb. Dan pada saat climbing yang vertical, maka climb angle akan menjadi
90o. artinya thrust yang diperlukan saat vertical climb akan sangat
besar untuk mengatasi drag dan weight yang bekerja pada satu garis.
Gliding
Gliding
adalah terbang meluncur dengan sudut tertentu dengan engine yang dimatikan
(power off gliding). Untuk mendapatkan kondisi gliding dengan kecepatan tetap
(steady glide), maka gaya-gaya yang bekerja pada pesawat pada saat gliding,
yaitu lift, drag dan weight (berat pesawat) harus dalam keadaan setimbang.
Dengan demikian, total reaction yang bekerja pada sayap, yang merupakan
resultan dari lift dan drag, harus benar-benar sama dan berlawanan arah
terhadap weight. Sementara lift tetap tegak lurus terhadap glide path (arah
terbang gliding), sedangkan drag bekerja ke belakang sejajar dengan glide path.
Gliding Angle (sudut luncur)
formula (source:NASA) |
Dengan
perhitungan geometri yang sederhana dapat ditemukan bahwa sudut yang dibentuk
oleh lift dan total reaction adalah sama dengan sudut α yang dibentuk oleh glide path dengan
bidang horizontal. Sudut inilah yang disebut dengan Gliding Angel.
Dapat
diperhatikan pada gambar tersebut bahwa D/L= Tan α. Hal ini berarti bahwa jika harga D/L
berkurang (L/D naik), maka gliding angle akan mekin kecil (rata). Dari penjelasan
ini dapat kita ambil beberapa kesimpulan, yaitu :
a.
Gliding
angle berbanding lurus dengan L/D ratio ( perbandinga Lift per drag ).
Disinilah sebenarnya letak dari efisiensi rekayasa suatu pesawat terbang, yaitu
bagaimana merancang suatu pesawat terbang dengan menghasilkan lift yang besar
tetapi dragnya kecil. Dengan mengutangi drag, berarti kita memperkecil gliding
angle.
b.
Jika
penerbang berusaha untuk glide dengan angle of attack lebih besar maupun lebih
kecil dari angle of attack yang memberikan harga L/D terbesar, maka path of
descent (arah luncur pesawat) akan lebih curam.
Pengaruh Wind
terhadap Glide of Angle
Jika
dilihat dari ground, suatu pesawat terbang yang gliding melawan wind (angin)
akan terlihat seperti sedang gliding lebih curam dan kenyataanya memang akan
gliding dengan sudut lebih curam. Bila gliding dengan tail wind, pesawat akan
gliding lebih mendatar daripada sudut sebenarnya yang diukur relative dari
udara.
Pengaruh Berat
(Weight) Saat Gliding
Ada
yang mengatakan bahwa pesawat yang berat akan gliding dengan sudut yang lebih
curam daripada pesawat yang lebih ringan, tetapi sebenarnya tidaklah demikian,
karena gliding angle tergantung pada ratio L/D dan tidak tergantung pada berat.
Jika weight bertambah, maka total reaction yang bekerja pada pesawat akan
diperbesar untuk menyeimbangkan pertambahan weight tersebut, yaitu dengan cara
memperbesar lift dan drag dengan perbandingan yang tetap, sehingga glide angle
akan tetap. Lift dan drag tersebut dapat diperbesar jika factor speed diperbesar.
Thrust diperoleh dari komponen weight yang bekerja disepanjang glide path. Ini
berarti thrust akan bertambah jika weight bertambah. Berarti dapat kita
simpulkan bahwa weight tidak berpengatuh terhadap glide angle, tetapi terhadap
speed.
Kerugian gliding
dengan sudut yang kecil
Janganlah
kita menganggap gliding angle yang kecil selalu menguntungkan. Bila suatu
pesawat terbang sedang approach ke airfield yang kecil dengan obstacle
disekelilingnya, maka disarankan untuk mencapai ground sesegera mungkin setelah
obstacle dilewati. Dalam hal ini, gliding angle yang terlalu kecil akan menjadi
hal yang merugikan.
Gliding
angle dapat diperbesar dengan cara mengurangi ratio L/D. Pengurangan ratio L/D
ini dapat dilakukan dengan :
a.
Memperkecil
angle of attack. Akibatnya adalah airspeed bertambah.
b.
Memperbesat
angle of attack, yang berakibat airspeed terlalu rendah.
c.
Mempergunakan
airbreak. Peggunaan airbreak merupakan factor yang cukup memuaskan, baik dengan
memperbesar lift (flap diturunkan), atau spoiler jika drag yang kita perbesar.
sumber : Buku Aerodinamika; oleh Wira Gautama; Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar
Tuliskan Komentar, kritik dan saran dari mas-mas, mbak-mbak, om , tante, pakdhe, budhe, para pengunjung sekalian. Untuk Proses perbaikan kedepan Penulis...silahkannnnn..