Sabar, merupakan suatu ilmu
hikmah yang paling mendasar dari seorang manusia, dimana merupakan ilmu yang
seharusnya kita pelajari dari awal, akan tetapi memang begitu sulit untuk kita
pegang teguh.
SABAR, menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia berarti tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah,
tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati); tabah: ia menerima nasibnya
dng --; hidup ini dihadapinya dng --; tenang; tidak tergesa-gesa; tidak
terburu nafsu: segala usahanya dijalankannya dng --;
BER·SA·BAR v bersikap tenang (tt
pikiran, perasaan): hendaknya kita - dl menghadapi cobaan hidup;
ME·NYA·BAR·KAN v menenangkan perasaan
(pikiran dsb); menenteramkan hati: sebaiknya kita - kedua orang yg sedang
bertengkar itu;
TER·SA·BAR a paling tenang (tidak
mudah putus asa, marah, jengkel, dsb): ia termasuk gadis - di antara
teman-temannya sekelas;
MEM·PER·SA·BAR v menjadikan lebih
sabar (tabah, tenang);
PE·NYA·BAR n orang yg bersikap
tenang (tidak terburu nafsu dan tidak lekas marah): seorang - biasanya tidak
cepat marah krn persoalan kecil;
KE·SA·BAR·AN n ketenangan hati dl
menghadapi cobaan; sifat tenang (sabar): ia pun akan kehilangan -nya apabila
diperlakukan tidak adil dan melampaui batas
Sungguh,
maka dari itu saya hanya ingin berbagi kepada saudara-saudara sekalian,
sharing, tentang sabar atau ikhlas. Sebelumnya mari kita lihat apa isi Q.S
Al-Kahfi 65-82…
“Lalu mereka bertemu dengan
seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya
rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi
Kami.”(QS. 18:65)
“Musa berkata kepada Khidhr:` Bolehkah aku
mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara
ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu? `”(QS. 18:66)
“Dia menjawab:` Sesungguhnya kamu sekali-kali
tidak akan sanggup sabar bersamaku.”(QS. 18:67)
“Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu yang
kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu? `”(QS.
18:68)
“Musa berkata:` Insya Allah
kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan
menentangmu dalam sesuatu urusanpun `.”(QS. 18:69)
“Dia berkata:` Jika kamu mengikutiku, maka
janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun sampai aku sendiri
menerangkannya kepadamu `.”(QS. 18:70)
“Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala
keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melubanginya. Musa berkata:` Mengapa kamu
melubangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?
`Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.”(QS.
18:71)
“Dia (Khidhr) berkata:`
Bukankah aku telah berkata: `Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar
bersamaku`.”(QS. 18:72)
“Musa berkata: `Janganlah kamu menghukum aku karena
kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam
urusanku`.”(QS. 18:73)
“Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya
berjumpa dengan seorang pemuda, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: `Mengapa
kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya
kamu telah melakukan suatu yang munkar`.”(QS. 18:74)
“Khidhr berkata: `Bukankah
sudah ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar
bersamaku?`”(QS. 18:75)
“Musa berkata: `Jika aku bertanya kepadamu tentang
sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu,
sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku`.”(QS.
18:76)
“Maka keduanya berjalan;
hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta
dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu
mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang
hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: `Jikalau kamu
mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu`.”(QS. 18:77)
“Khidhr berkata: `Inilah perpisahan antara aku
dengan kamu; Aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang
kamu tidak dapat sabar terhadapnya.”(QS. 18:78)
“Adapun bahtera itu adalah
kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan
bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap
bahtera.”(QS. 18:79)
“Dan adapun anak muda itu, maka kedua orang
tuanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua
orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran.”(QS. 18:80)
“Dan kami menghendaki,
supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik
kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu
bapaknya).”(QS. 18:81)
“Adapun dinding rumah itu
adalah kepunyaan dua orang anak muda yang yatim di kota itu, dan di bawahnya
ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang
saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya
dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku
melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan
perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya`.”(QS.
18:82)
Arti
dari penggalan Q.S Al-Kahfi di atas, merupakan sebuah cerita dari Nabi Musa A.S
dan Nabi Khidr. Nabi Khidr (Arab:الخضر, Khaḍr, Khaḍer, Khaḍir) menurut Wikipedia Indonesia merupakan
seorang nabi misterius yang dituturkan oleh Alloh dalam Al-Qur’an dalam surah
Al-Kahfi ayat 65-82. Selain tentang ajaran yang diberikan kepada Nabi Musa A.S
tentang ilmu dan kebijaksanaan serta kesabaran, lainnya tentang Nabi Khidr
tidak banyak disebutkan.
Dikisahkan secara singkat, Nabi Musa
A.S pada suatu masa, merupakan orang yang paling berilmu diantara orang-orang
yang lain. Lalu Allah menegur Nabi Musa dengan firman-Nya, bahwasanya ada
seorang hamba berada di pertemuan dua lautan dan dia lebih berilmu daripada
Nabi Musa A.S. yang tak lain adalah Nabi Khidr tersebut.
Bahwasanya Nabi Musa ingin sekali bertemu kepada hamba
Allah yang shalih itu dan juga ingin sekali mempelajari ilmu Nabi Khidr
tersebut. Setelah keduanya bertemu, dan Nabi Musa meminta untuk belajar dari
Nabi Khidr, Beliau pun menjawab “sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan
sanggup bersabar bersamaku, maka janganlah Nabi Musa tersebut menanyakan
sesuatu kepada Nabi Khidr.
Pada saat perjalanan Nabi Musa mengikuti Nabi Khidr
terjadilah beberapa peristiwa yang menguji Nabi Musa yang telah berjanji bahwa
tidak akan bertanya sebab sesuatu tindakan yang dilakukan oleh Nabi Khidr.
Kejadian yang pertama
adalah saat Nabi Khidir menghancurkan perahu yang ditumpangi
mereka bersama. Nabi Musa tidak kuasa untuk menahan hatinya untuk bertanya
kepada Nabi Khidir. Nabi Khidir memperingatkan janji Nabi Musa, dan akhirnya
Nabi Musa meminta maaf karena kalancangannya mengingkari janjinya untuk tidak
bertanya terhadap setiap tindakan Nabi Khidir.
Selanjutnya setelah
mereka sampai di suatu daratan, Nabi Khidir membunuh seorang anak yang sedang
bermain dengan kawan-kawannnya. Peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh Nabi
Khidir tersebut membuat Nabi Musa tak kuasa untuk menanyakan hal tersebut
kepada Nabi Khidir. Nabi Khidir kembali mengingatkan janji Nabi Musa, dan
beliau diberi kesempatan terakhir untuk tidak bertanya-tanya terhadap segala
sesuatu yang dilakukan oleh Nabi Khidir, jika masih bertanya lagi maka Nabi
Musa harus rela untuk tidak mengikuti perjalanan bersama Nabi Khidir.
Selanjutnya mereka
melanjutkan perjalanan hingga sampai disuatu wilayah perumahan. Mereka kelelahan
dan hendak meminta bantuan kepada penduduk sekitar. Namun sikap penduduk
sekitar tidak bersahabat dan tidak mau menerima kehadiran mereka, hal ini
membuat Nabi Musa merasa kesal terhadap penduduk itu. Setelah dikecewakan oleh
penduduk, Nabi Khidir malah menyuruh Nabi Musa untuk bersama-samanya
memperbaiki tembok suatu rumah yang rusak di daerah tersebut. Nabi Musa tidak
kuasa kembali untuk bertanya terhadap sikap Nabi Khidir ini yang membantu
memperbaiki tembok rumah setelah penduduk menzalimi mereka. Akhirnya Nabi
Khidir menegaskan pada Nabi Musa bahwa beliau tidak dapat menerima Nabi Musa
untuk menjadi muridnya
dan Nabi Musa tidak diperkenankan untuk terus melanjutkan perjalannya bersama dengan
Nabi Khidir.
Selanjutnya Nabi Khidir
menjelaskan mengapa beliau melakukan hal-hal yang membuat Nabi Musa bertanya.
Kejadian pertama adalah Nabi Khidir menghancurkan perahu yang mereka tumpangi
karena perahu itu dimiliki oleh seorang yang miskin dan di daerah itu
tinggallah seorang raja yang suka merampas perahu miliki rakyatnya.
Kejadian yang kedua,
Nabi Khidir menjelaskan bahwa beliau membunuh seorang anak karena kedua orang
tuanya adalah pasangan yang beriman dan jika anak ini menjadi dewasa dapat mendorong
bapak dan ibunya menjadi orang yang sesat dan kufur. Kematian anak ini
digantikan dengan anak yang shalih dan lebih mengasihi
kedua bapak-ibunya hingga ke anak cucunya.
Kejadian yang ketiga
(terakhir), Nabi Khidir menjelaskan bahwa rumah yang dinding diperbaiki itu
adalah milik dua orang kakak beradik yatim yang tinggal di kota
tersebut. Didalam rumah tersebut tersimpan harta benda yang ditujukan untuk
mereka berdua. Ayah kedua kakak beradik ini telah meninggal dunia dan merupakan
seorang yang shalih. Jika tembok rumah tersebut runtuh, maka bisa dipastikan
bahwa harta yang tersimpan tersebut akan ditemukan oleh orang-orang di kota itu
yang sebagian besar masih menyembah berhala,
sedangkan kedua kakak beradik tersebut masih cukup kecil untuk dapat mengelola
peninggalan harta ayahnya.
Penjabaran tersebut,
kurang lebihnya saya dapatkan dari salah seorang pemateri dari ESQ Way 165
bernama bapak Regy Latif, yang telah menjawab pertanyaan private saya pada saat
pelaksanaan ESQ (Emotional Spiritual Quotion), dengan pertanyaan tentang
bagaimana dan apa itu sabar.
Hikmah yang saya dapat
dari jawaban tersebut yaitu, kita perlu bersabar dan tidak terburu-buru mendapatkan
kebijaksanaan dari setiap peristiwa yang dialami. Dan kita sebagai siswa harus
memelihara adab dengan gurunya. Setiap siswa harus bersedia mendengar
penjelasan seorang guru dari awal hingga akhir sebelum nantinya dapat bertindak
diluar perintah dari guru. Kisah Nabi Khidir ini juga menunjukan bahwa Islam memberikan kedudukan
yang sangat istimewa kepada guru.
Selain itu juga ada
satu hikmah selain “sabar”, yang didapatkan dari kisah tersebut yaitu ilmu
merupakan karunia terbesar yang diberikan oleh Allah SWT. Tidak ada mahluk
maupun seorang manusiapun yang lebih berilmu dari-Nya.
__terima kasih, semoga
apa yang saya bagi disini dapat membantu ataupun berguna bagi saudara-saudara
sekalian. Insya Allah, di balik kesabaran yang kita tanamkan terdapat hikmah
yang begitu besar, yang dibalaskan dari Allah SWT. amin__
Subhanallah....
BalasHapusAlhamdulillah :)
HapusDEMI Allah,
BalasHapusaa'ku..