sugeng_rawuh

Rabu, 30 Mei 2012

Sabar (Q.S Al-Kahfi 65-82)


Sabar, merupakan suatu ilmu hikmah yang paling mendasar dari seorang manusia, dimana merupakan ilmu yang seharusnya kita pelajari dari awal, akan tetapi memang begitu sulit untuk kita pegang teguh.
SABAR, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati); tabah: ia menerima nasibnya dng --; hidup ini dihadapinya dng --; tenang; tidak tergesa-gesa; tidak terburu nafsu: segala usahanya dijalankannya dng --;
BER·SA·BAR v bersikap tenang (tt pikiran, perasaan): hendaknya kita - dl menghadapi cobaan hidup;
ME·NYA·BAR·KAN v menenangkan perasaan (pikiran dsb); menenteramkan hati: sebaiknya kita - kedua orang yg sedang bertengkar itu;
TER·SA·BAR a paling tenang (tidak mudah putus asa, marah, jengkel, dsb): ia termasuk gadis - di antara teman-temannya sekelas;
MEM·PER·SA·BAR v menjadikan lebih sabar (tabah, tenang);
PE·NYA·BAR n orang yg bersikap tenang (tidak terburu nafsu dan tidak lekas marah): seorang - biasanya tidak cepat marah krn persoalan kecil;
KE·SA·BAR·AN n ketenangan hati dl menghadapi cobaan; sifat tenang (sabar): ia pun akan kehilangan -nya apabila diperlakukan tidak adil dan melampaui batas
            Sungguh, maka dari itu saya hanya ingin berbagi kepada saudara-saudara sekalian, sharing, tentang sabar atau ikhlas. Sebelumnya mari kita lihat apa isi Q.S Al-Kahfi 65-82…

“Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.”(QS. 18:65)
“Musa berkata kepada Khidhr:` Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu? `”(QS. 18:66)
“Dia menjawab:` Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku.”(QS. 18:67)
“Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu? `”(QS. 18:68)
Musa berkata:` Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun `.”(QS. 18:69)
“Dia berkata:` Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu `.”(QS. 18:70)
“Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melubanginya. Musa berkata:` Mengapa kamu melubangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya? `Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.”(QS. 18:71)
Dia (Khidhr) berkata:` Bukankah aku telah berkata: `Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersamaku`.”(QS. 18:72)
“Musa berkata: `Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku`.”(QS. 18:73)
“Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang pemuda, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: `Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang munkar`.”(QS. 18:74)
Khidhr berkata: `Bukankah sudah ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?`”(QS. 18:75)
“Musa berkata: `Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku`.”(QS. 18:76)
Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: `Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu`.”(QS. 18:77)
“Khidhr berkata: `Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; Aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.”(QS. 18:78)
Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.”(QS. 18:79)
“Dan adapun anak muda itu, maka kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran.”(QS. 18:80)
Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).”(QS. 18:81)
Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak muda yang yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya`.”(QS. 18:82)
           Arti dari penggalan Q.S Al-Kahfi di atas, merupakan sebuah cerita dari Nabi Musa A.S dan Nabi Khidr. Nabi Khidr (Arab:الخضر, Khar, Khaer, Khair) menurut Wikipedia Indonesia merupakan seorang nabi misterius yang dituturkan oleh Alloh dalam Al-Qur’an dalam surah Al-Kahfi ayat 65-82. Selain tentang ajaran yang diberikan kepada Nabi Musa A.S tentang ilmu dan kebijaksanaan serta kesabaran, lainnya tentang Nabi Khidr tidak banyak disebutkan.
            Dikisahkan secara singkat, Nabi Musa A.S pada suatu masa, merupakan orang yang paling berilmu diantara orang-orang yang lain. Lalu Allah menegur Nabi Musa dengan firman-Nya, bahwasanya ada seorang hamba berada di pertemuan dua lautan dan dia lebih berilmu daripada Nabi Musa A.S. yang tak lain adalah Nabi Khidr tersebut.
Bahwasanya Nabi Musa ingin sekali bertemu kepada hamba Allah yang shalih itu dan juga ingin sekali mempelajari ilmu Nabi Khidr tersebut. Setelah keduanya bertemu, dan Nabi Musa meminta untuk belajar dari Nabi Khidr, Beliau pun menjawab “sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup bersabar bersamaku, maka janganlah Nabi Musa tersebut menanyakan sesuatu kepada Nabi Khidr.
Pada saat perjalanan Nabi Musa mengikuti Nabi Khidr terjadilah beberapa peristiwa yang menguji Nabi Musa yang telah berjanji bahwa tidak akan bertanya sebab sesuatu tindakan yang dilakukan oleh Nabi Khidr.
Kejadian yang pertama adalah saat Nabi Khidir menghancurkan perahu yang ditumpangi mereka bersama. Nabi Musa tidak kuasa untuk menahan hatinya untuk bertanya kepada Nabi Khidir. Nabi Khidir memperingatkan janji Nabi Musa, dan akhirnya Nabi Musa meminta maaf karena kalancangannya mengingkari janjinya untuk tidak bertanya terhadap setiap tindakan Nabi Khidir.
Selanjutnya setelah mereka sampai di suatu daratan, Nabi Khidir membunuh seorang anak yang sedang bermain dengan kawan-kawannnya. Peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh Nabi Khidir tersebut membuat Nabi Musa tak kuasa untuk menanyakan hal tersebut kepada Nabi Khidir. Nabi Khidir kembali mengingatkan janji Nabi Musa, dan beliau diberi kesempatan terakhir untuk tidak bertanya-tanya terhadap segala sesuatu yang dilakukan oleh Nabi Khidir, jika masih bertanya lagi maka Nabi Musa harus rela untuk tidak mengikuti perjalanan bersama Nabi Khidir.
Selanjutnya mereka melanjutkan perjalanan hingga sampai disuatu wilayah perumahan. Mereka kelelahan dan hendak meminta bantuan kepada penduduk sekitar. Namun sikap penduduk sekitar tidak bersahabat dan tidak mau menerima kehadiran mereka, hal ini membuat Nabi Musa merasa kesal terhadap penduduk itu. Setelah dikecewakan oleh penduduk, Nabi Khidir malah menyuruh Nabi Musa untuk bersama-samanya memperbaiki tembok suatu rumah yang rusak di daerah tersebut. Nabi Musa tidak kuasa kembali untuk bertanya terhadap sikap Nabi Khidir ini yang membantu memperbaiki tembok rumah setelah penduduk menzalimi mereka. Akhirnya Nabi Khidir menegaskan pada Nabi Musa bahwa beliau tidak dapat menerima Nabi Musa untuk menjadi muridnya dan Nabi Musa tidak diperkenankan untuk terus melanjutkan perjalannya bersama dengan Nabi Khidir.
Selanjutnya Nabi Khidir menjelaskan mengapa beliau melakukan hal-hal yang membuat Nabi Musa bertanya. Kejadian pertama adalah Nabi Khidir menghancurkan perahu yang mereka tumpangi karena perahu itu dimiliki oleh seorang yang miskin dan di daerah itu tinggallah seorang raja yang suka merampas perahu miliki rakyatnya.
Kejadian yang kedua, Nabi Khidir menjelaskan bahwa beliau membunuh seorang anak karena kedua orang tuanya adalah pasangan yang beriman dan jika anak ini menjadi dewasa dapat mendorong bapak dan ibunya menjadi orang yang sesat dan kufur. Kematian anak ini digantikan dengan anak yang shalih dan lebih mengasihi kedua bapak-ibunya hingga ke anak cucunya.
Kejadian yang ketiga (terakhir), Nabi Khidir menjelaskan bahwa rumah yang dinding diperbaiki itu adalah milik dua orang kakak beradik yatim yang tinggal di kota tersebut. Didalam rumah tersebut tersimpan harta benda yang ditujukan untuk mereka berdua. Ayah kedua kakak beradik ini telah meninggal dunia dan merupakan seorang yang shalih. Jika tembok rumah tersebut runtuh, maka bisa dipastikan bahwa harta yang tersimpan tersebut akan ditemukan oleh orang-orang di kota itu yang sebagian besar masih menyembah berhala, sedangkan kedua kakak beradik tersebut masih cukup kecil untuk dapat mengelola peninggalan harta ayahnya.
Penjabaran tersebut, kurang lebihnya saya dapatkan dari salah seorang pemateri dari ESQ Way 165 bernama bapak Regy Latif, yang telah menjawab pertanyaan private saya pada saat pelaksanaan ESQ (Emotional Spiritual Quotion), dengan pertanyaan tentang bagaimana dan apa itu sabar.
Hikmah yang saya dapat dari jawaban tersebut yaitu, kita perlu bersabar dan tidak terburu-buru mendapatkan kebijaksanaan dari setiap peristiwa yang dialami. Dan kita sebagai siswa harus memelihara adab dengan gurunya. Setiap siswa harus bersedia mendengar penjelasan seorang guru dari awal hingga akhir sebelum nantinya dapat bertindak diluar perintah dari guru. Kisah Nabi Khidir ini juga menunjukan bahwa Islam memberikan kedudukan yang sangat istimewa kepada guru.
Selain itu juga ada satu hikmah selain “sabar”, yang didapatkan dari kisah tersebut yaitu ilmu merupakan karunia terbesar yang diberikan oleh Allah SWT. Tidak ada mahluk maupun seorang manusiapun yang lebih berilmu dari-Nya.

__terima kasih, semoga apa yang saya bagi disini dapat membantu ataupun berguna bagi saudara-saudara sekalian. Insya Allah, di balik kesabaran yang kita tanamkan terdapat hikmah yang begitu besar, yang dibalaskan dari Allah SWT. amin__


3 komentar:

Tuliskan Komentar, kritik dan saran dari mas-mas, mbak-mbak, om , tante, pakdhe, budhe, para pengunjung sekalian. Untuk Proses perbaikan kedepan Penulis...silahkannnnn..

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...